RSS

Kamis, 10 Januari 2013

PRINSIP-PRINSIP JAWA

HAMEMAYU HAYUNING BUWANA

Pepatah Jawa ini secara harfiah berarti mempercantik kecantikan dunia.
Pepatah ini menyarankan agar setiap insan manusia dapat menjadi agen bagi tujuan utuh.
Bukan hanya mempercantik atau membuat indah kondisi dunia dalam pengertian lahir batin, namun juga bisa membuat hayu dalam pengertian rahayu ‘selamat dan sejahtera’.
Dengan demikian, pepatah ini sebenarnya ingin menyat akan bahwa alangkah indah, selamat, cantik dan eloknya kehidupan di dunia ini jika manusia yang menghuninya bisa menjadi agen bagi hamemayu hayuning buwana itu. Untuk itu setiap manusia disarankan untuk tidak merusakkan dunia dengan perilaku-perilaku buruk dan busuk.
Perilaku yang demikian ini akan berbalik pada si pelaku sendiri dan juga lingkungannya. Hal inilah yang merusakkan dunia. Untuk itu pengekangan diri untuk tidak berlaku jahat, licik, culas, curang, serakah, menang sendiri, benar sendiri dan seterusnya perlu diwujudkan untuk mencapai hayuning buwana.
Tentu saja makna yang dimaksudkan oleh pepatah ini adalah makna dalam pengertian lahir batin. Keduanya harus seimbang. Tanpa itu apa yang dimaksud dari hamemayu hayuning buwana itu akan gagal.
Sebab tindakan yang tidak didasari ketulusan dan kesucian hati hanya akan menumbuhan pamrih diluar kewajaran atau tendensi yang barangkali justru menjadi bumerang bagi tujuan pepatah itu.
Sebab hamemayu hayuning buwana mendasarkan diri pada niat yang suci atau tulus dalam mendarmabaktikan kaya(kerjanya) bagi dunia.
* PERCANTIKLAH LAHIR BATIN-MU SAHABAT *


TUNA SATAK BATHI SANAK

Pepatah Jawa ini secara harfiah berarti rugi satu tak (satu ukuran uang) untung saudara.
Pepatah ini ingin mengajarkan bahwa sekalipun dalam dunia dagang yang pertimbangan utamanya hanyalah mencari untung dan untung, bagi orang jawa kerugian sekian uang tidak mengapa asal (masih) bisa mendapatkan sedulur saudara atau teman.
Teman (dalam arti sesungguhnya) tampaknya memang menjadi pilihan yang lebih mempunyai makna daripada sekedar uang (material).
Pada sisi lain, pepatah ini juga mengajarkan bahwa sedulur (sanak) jauh lebih menguntungkan daripada seukuran uang dalam kesesaatan. Jika diulur, maka teman atau sedulur itu di kemudian hari dapat memberikan keuntungan yang jauh lebih besar daripada seukuran uang pada saat transaksi jual beli terjadi.
Jika memang sedulur itu menyedulur ‘menyaudara’ dengan kita , dapat dipastikanbahwa ia (mereka) akan membantu kita jika kita mendapatkan kesulitan. Bantuan dari orang yang demikian itu tanpa kita sadari nilainya jauh lebih besar dibandingkan ketika kita mendapatkan uang satak pada saat kita melaksanakan transaksi jual beli di masa lalu.
Dengan adanya rasa menyedulur itu, orang yang bersangkutan tidak akan owel ‘sungkan/enggan’ memberikan bantuannya dalam bentuk apapun yang sesungguhnya tidak bisa kita ukur dengan sekedar hanya uang atau material. Dalam kali lain, orang yang bersangkutan bisa jadi akan membeli produk atau dagangan yang kita jual tanpa perlu lagi menawar karena di masa lalu ia pernah mendapatkan kemurahan dari kita yang berupa satak (satu ukuran uang).
Pepatah ini sesungguhnya menunjukkan betapa optimisnya orang Jawa dalam menyikapi hidup.
* Satunggaling prinsip tiyang jawi ingkang sampun awis-awis diugemi jaman samangkeh *


ADOH TANPA WANGENAN CEDHAK DATAN SENGGOLAN

Pepatah Jawa tersebut secara harfiah berarti jauh tanpa ukuran dekat tidak senggolan.
Pepatah ini dalam masyarakat Jawa biasanya digunakan untu menggambarkan keberadaan kekasih atau Tuhan.
Orang yang tengah dilanda cinta biasanya akan merasa kangen terus dengan orang yang dijatuh cintainya. Jika kekasih tersebut tidak berada di sisinya, memang terasa begitu jauh keberadaanya. Namun di balik itu sesungguhnya sang kekasih juga sangat dekat dengan dirinya, yakni berada di dalam hatinya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kekasih itu berada jauh namun sesungguhnya jua sangat dekat sekalipun kedekatannya (dihati) itu menyebabkan tidak bisa bersentuhan atau bersenggolan.
Hal yang sama juga sering digunakan untuk menggambarkan keberadaan Tuhan bagi manusia. Kadang orang merasa bahwa Tuhan demikian jauh, seolah-olah berada di atas langit lapis ke tujuh yang jaraknya tidak dapat diukur. Namun sesungguhnya Tuhan juga begitu dekat terasa di hati masing-masing orang. Sekalipun begitu manusia tidak bisa memegangnya.
WANI NGALAH LUHUR WEKASANE

Pepatah Jawa ini secara harfiah berarti berani mengalah akan mulia di kemudian hari.
Orang boleh saja mencemooh pepatah yang sekilas memperlihatkan makna tidak mau berkompetisi, pasrah, penakut, lemah dan sebagainya. Namun bukan itu sesungguhnya yang dimaksudkan.
Wani ngalah sesungguhnya dimaksudkan agar setiap terjadi persoalan yang menegangkan orang berani mengendorkan syaratnya sendiri atau bahkan undur diri. Lebih-lebih jika persoalan itu tidak berkenaan dengan persoalan yang sangat penting.
Pada persoalan yang sangat penting pun juka orang berani mengalah(sekalipun ia jelas-jelas berada pada posisi benar dan jujur), kelak di kemudian hari ia akan memperoleh kemuliaan itu.
Bagaimana kok bisa begitu ? Ya, karena jika orang sudah mengetahui semua seluk beluk, putih-hitam, jahat-mulia, culas-jujur, maka orang akan dapat menilai siapa sesungguhnya yang mulia itu dan siapa pula yang tercela itu. Orang akan dapat menilai, menimbang: mana loyang, mana emas.
Memang, tidak mudah bahkan teramat sulit dan nyaris mustahil untuk bersikap wani ngalah itu. Lebih-lebih di zaman yang semuanya diukur serba uang, serba material, hedonis dan wadag semata seperti zaman ini.
Namun jika kita berani memulai dari diri sendiri untuk bersikap seperti itu, dapat dipastikan kita akan beroleh kemuliaan di kemudian hari sekalipun sungguh-sungguh kita tidak mengharapkannya, karena kemuliaan itu sendiri tidak bisa diburu-buru atau diincar-incar seperti orang berburu burung. Kemuliaan didapatkan dengan laku serta keikhlasan. Jika kita mengharap-harapkannya, maka semuanya justru akan musnah. Kemuliaan itu sekalipun berasal dari diri kita sendiri namun orang lain lah yang menilainya. Bukan kita, kita tidak pernah tahu apakah kita ini mulia atau tidak. Orang lain lah yang bisa menilai itu atas diri kita.


SURA DIRA JAYANINGRAT, LEBUR DENING PANGASTUTI

Artinya keberanian, kekuatan dan kekuasaan dapat ditundukkan oleh salam sejahtera.


URIP IKU URUP

Artinya hidup itu nyala, hidup itu hendaknya memberi manfaat.


SING RESIK URIPE BAKAL MULYA

Artinya siapa yang bersih hidupnya akan hidup mulya.


SING PRIHATIN BAKAL MEMIMPIN

Artinya siapa berani hidup prihatin akan menjadi satria, pejuang dan pemimpin.

SING SABAR LAN NGALAH DADI KEKASIH ALLAH

Artinya yang sabar dan mengalah akan jadi kekasih Allah


AJA ADIGANG, ADIGUNG, ADIGUNA

Artinya jangan sok kuasa, sok besar, sok berwibawa.


AJA MILIK BARANG KANG MELOK, AJA MANGRO MUNDAK KENDO

Artinya jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah; Jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat.


AJA KUMINTER MUNDAK KEBLINGER, AJA CIDRA MUNDAK CILAKA, SING WAS-WAS TIWAS

Artinya jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah; Jangan suka berbuat curang agar tidak celaka; dan Barang siapa yang ragu-ragu akan binasa atau merugi.


AJA KETUNGKUL MARANG KALUNGGUHAN, KADONYAN LAN KEMAREMAN

Artinya janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi.


AJA GUMUNAN, AJA GETUNAN, AJA KAGETAN, AJA ALEMAN

Artinya jangan mudah terheran-heran; Jangan mudah menyesal; Jangan mudah terkejut-kejut; Jangan mudah kolokan atau manja.


DATAN SERIK LAMUN KETAMAN, DATAN SUSAH LAMUN KELANGAN

Artinya jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri; Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu.


SEPI ING PAMRIH RAME ING GAWE, BANTER TAN MBANCANGI, DHUWUR TAN NGUNGKULI

Artinya berkarya dan bersemangat tanpa pamrih; Cepat tanpa harus mendahului; Tinggi tanpa harus melebihi.


NGLURUK TANPA BALA, MENANG TANPA NGASORAKE, SEKTI TANPA AJI-AJI, SUGIH TANPA BANDHA

Artinya bertempur tanpa perlu membawa pasukan; Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan; Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan atau keturunan; Kaya tanpa didasari kebendaan.

0 komentar:

Posting Komentar